Thursday, June 4, 2020

Penjelasan Tugas Poster dan Tugas Video: Mata Kuliah Digital Society Universitas Udayana


TUGAS POSTER:
NOTAGIMO
Non-contact Digital Thermometer”

Latar belakang:
Beberapa bulan kebelakang, dunia dihebohkan dengan mewabahnya penyakit pneumonia misterius yang bermula dari Wuhan, Provinsi Hubei, China. Wabah ini disebabkan oleh coronavirus jenis baru yang oleh para ahli diberi nama SARS CoV-2 (Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2) atau yang saat ini lebih dikenal dengan nama COVID-19 (Susilo et al., 2020). Penyebaran virus ini sangat cepat ke seluruh dunia hingga tercatat lebih dari 190 negara sudah terinfeksi COVID-19, termasuk Indonesia.
Kurangnya kesadaran serta tidak tanggapnya masyarakat terhadap virus ini menyebabkan penyebaran yang sangat cepat dan berakibat pada tingkat kematian yang cukup tinggi. Tentu saja penyebaran COVID-19 telah menyebabkan dampak buruk bagi masyarakat baik itu dalam aspek kesehatan, sosial, dan ekonomi. Dikarenakan COVID-19 merupakan penyakit baru, maka pengetahuan terkait pencegahannya masih terbatas. Salah satu gejala klinis dari infeksi COVID-19 yaitu demam dengan suhu >38ºC (Burhan E, et al., 2020). Oleh karena itu, pemeriksaan suhu tubuh menjadi salah satu metode yang digunakan untuk thermal screening sebagai upaya preventif pencegahan virus COVID-19. Pemeriksaan suhu tubuh tanpa kontak langsung dengan kulit akan mencegah virus menyebar ke orang lain melalui termometer yang digunakan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis ingin merancang sebuah alat termometer digital non-contact. Alat ini memberikan keuntungan yaitu mampu mendeteksi suhu tubuh objek dengan cepat dan tanpa perlu kontak fisik dengan objek, sehingga risiko penularan COVID-19 tidak terjadi.

Permasalahan publik:
Peneliti Inggris menyatakan jumlah kasus Covid-19 yang tidak terdeteksi di Indonesia sebenarnya bisa mencapai puluhan ribu hingga ratusan ribu kasus. Hal ini diungkap peneliti Pusat Pemodelan Matematika Penyakit Menular (CMMID) London, Inggris dimana mereka mengembangkan pemodelan matematika untuk memprediksi secara kasar kemungkinan jumlah kasus penyebaran COVID-19 di suatu negara berdasarkan jumlah kematian. Menurut pemodelan tersebut, satu kematian yang dikonfirmasi di Indonesia, sebenarnya bisa digunakan untuk menghitung beban kasus yang sebenarnya. Pekan lalu, Indonesia baru melaksanakan 1.727 tes. Jika dibandingkan dengan total penduduk, baru satu orang di tes dari 156 ribu orang. Dengan demikian, diperkirakan masih banyak penderita COVID-19 yang belum teridentifikasi.

Tujuan:
Untuk mendeteksi suhu tubuh tanpa perlu kontak fisik dengan objek sehingga meminimalisir terjadinya penularan virus dari termometer ke orang lain.

Manfaat:
Dengan adanya alat ini maka screening awal terhadap COVID-19 bisa dilakukan oleh masyarakat sehingga masyarakat menjadi lebih peduli dengan kesehatan diri sendiri dan orang sekitar, serta mampu terbuka dengan pemerintah seperti petugas medis mengenai kondisi tubuh sehingga pemerintah dapat menekan penyebaran dan memutus  rantai penyebaran baru COVID-19.

Ruang lingkup:
Ruang lingkup alat ini masih terbatas untuk subjek yang berada di Pulau Bali.

Teknologi yang digunakan:
Adapun teknologi yang digunakan dalam rancangan alat ini adalah sebagai berikut:
  1. Arduino nano :  berfungsi sebagai pengendali sensor
  2. LCD 2x16 + i2C lcd : berfungsi untuk menampilkan data suhu tubuh
  3. Sensor suhu Gy-906 : sensor untuk mendeteksi suhu
  4. Kabel Jumper : sebagai penghubung antar board
  5. Breadboard

Ilustrasi cara kerja rancangan:
  1. Merangkai semua komponen menjadi satu.
  2. Letakkan sensor suhu di depan dahi objek. Tunggu sekitar menit untuk melihat hasilnya.
  3. Alat akan bekerja mendeteksi suhu objek dengan kontrol oleh arduino nano
  4. Jika sudah satu menit, hasil pengukuran akan ditampilkan di LCD dan apabila suhu melebihi 38ºC maka akan terlihat tulisan lain di LCD yaitu “Demam, indikasi corona”


TUGAS VIDEO:

DCUI
(Detect COVID-19 Using Infrared: 
Penanganan COVID-19 Berbasis Teknologi Inframerah)


Latar belakang:
Beberapa bulan kebelakang, dunia dihebohkan dengan mewabahnya penyakit pneumonia misterius yang bermula dari Wuhan, Provinsi Hubei, China. Wabah ini disebabkan oleh coronavirus jenis baru yang oleh para ahli diberi nama SARS CoV-2 (Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2) atau yang saat ini lebih dikenal dengan nama COVID-19 (Susilo et al., 2020). Penyebaran virus ini sangat cepat ke seluruh dunia hingga tercatat lebih dari 190 negara sudah terinfeksi COVID-19, termasuk Indonesia. Kurangnya kesadaran serta tidak tanggapnya masyarakat terhadap virus ini menyebabkan penyebaran yang sangat cepat dan berakibat pada tingkat kematian yang cukup tinggi. Tentu saja penyebaran COVID-19 telah menyebabkan dampak buruk bagi masyarakat baik itu dalam aspek kesehatan, sosial, dan ekonomi. Dikarenakan COVID-19 merupakan penyakit baru, maka pengetahuan terkait pencegahannya masih terbatas. Pemberian edukasi dan informasi mengenai COVID-19 kepada masyarakat dapat menjadi pilihan pencegahan sejak dini untuk memutus rantai penularan, sehingga tingkat pengetahuan masyarakat menjadi bertambah sehingga penularan virus ini dapat diminimalkan.

Permasalahan publik:
Peneliti Inggris menyatakan jumlah kasus Covid-19 yang tidak terdeteksi di Indonesia sebenarnya bisa mencapai puluhan ribu hingga ratusan ribu kasus. Hal ini diungkap peneliti Pusat Pemodelan Matematika Penyakit Menular (CMMID) London, Inggris dimana mereka mengembangkan pemodelan matematika untuk memprediksi secara kasar kemungkinan jumlah kasus penyebaran COVID-19 di suatu negara berdasarkan jumlah kematian. Menurut pemodelan tersebut, satu kematian yang dikonfirmasi di Indonesia, sebenarnya bisa digunakan untuk menghitung beban kasus yang sebenarnya. Pekan lalu, Indonesia baru melaksanakan 1.727 tes. Jika dibandingkan dengan total penduduk, baru satu orang di tes dari 156 ribu orang. Dengan demikian, diperkirakan masih banyak penderita COVID-19 yang belum teridentifikasi.

Tujuan:
Untuk mengetahui masyarakat dengan gejala yang mengarah pada COVID-19 atau hanya demam biasa atau flu.

Manfaat:
Informasi dan edukasi mengenai COVID-19 yang diberikan dapat digunakan oleh masyarakat sehingga masyarakat lebih peduli dengan kesehatan diri sendiri dan orang sekitar, serta mampu terbuka dengan pemerintah seperti petugas medis mengenai kondisi tubuh sehingga pemerintah dapat menekan penyebaran dan memutus rantai penyebaran baru COVID-19.

Ruang lingkup:
Batasan subjek hanya dilakukan di Pulau Bali, terutama Kota Denpasar dan Kabupaten Badung.

Teknologi yang digunakan:
Pembuatan website dilakukan dengan menggunakan bahasa pemrograman Phyton. Selain itu, seperti yang telah diajarkan pada mata kuliah Digitas Society, maka gagasan ini didasarkan pada materi Coding dan Pemrograman, Internet of Thing (IoT) yaitu algoritma artificial intelligence, budaya digital, dan digital communication.

Ilustrasi cara kerja rancangan:
Pertama, melakukan penyuluhan mengenai gejala-gejala indikasi covid-19, antara lain: nafas pendek, demam, batuk kering, mata merah, dan mudah lelah. Kedua, menghimbau masyarakat apabila mengalami gejala tersebut secepatnya untuk mengakses website DCUI (Detect COVID-19 Using Infrared: Penanganan COVID-19 Berbasis Teknologi Inframerah) kemudian mengisi data sendiri singkat dan gejala yang dialami. Setelah mengisi data diri dan kuisioner kesehatan, pasien diminta untuk mengakses tombol kamera pada website untuk melakukan screen individual berbasis sensor inframerah yang bertujuan untuk mengukur suhu tubuh, dimana suhu tubuh tinggi adalah gejala awal COVID-19. Apabila hasil yang didapat setelah mengisi data gelaja adalah positif maka petugas medis akan langsung ke lokasi pasien dengan estimasi waktu 10-20 menit, sedangkan apabila hasil yang didapat yaitu negatif maka akan diberikan anjuran untuk menbeli obat ke apotik terdekat, dimana obat tersebut telah ditentukan oleh website (agar pasien tidak salah membeli), obat tersebut dapat diambil oleh pasien atau keluarga pasien, namun karena saat ini adanya peraturan physical distancing dan stay at home, maka pasien dapat memesan obat melalui fitur grab-send atau go-send pada fitur website (biaya antar ditanggung oleh pasien).

Tim Penyusun:
  1. Anak Agung Devina Asana Putri (1808531003)
  2. Annisa Agustin Mahardika (1808541022)
  3. Putu Isthu Canistya Chandra (1708561041)
  4. Komang Sri Diah Nirmala Dewi (1810531010)
  5. Putu Andra Prilyani (1805521069)
  6. Ni Desak Komang Ayu Hartani (1808511043)
  7. Ni Luh Ayu Kristi Pramesti (1807511073)
  8. Ni Kadek Lia Cahyani Pramesti (1908541013)
  9. Jessica Christy Natalia Kote (1908551081)
  10. I Komang Alit Widyantara (1902511013)
  11. Johanes Nicolas Hutapea (1905531125)
  12. Dwi Fitriyanti (1910521074)
  13. Cokorda Istri Cahya Hindrani (1705551107)


Daftar pustaka
Burhan E., et al. 2020. Pneumonia COVID-19 Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
CNN Indonesia. 2020. Peneliti Inggris : Ratusan Ribu Kasus Corona RI Tidak Terdeteksi. Tersedia di: https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20200327085233-199-487386/peneliti-inggris-ratusan-ribu-kasus-corona-ri-tak-terdeteksi diakses pada: 23 Mei 2020.
Kompas. 10 Gejala Kunci Terinfeksi Virus Corona, Tetap Waspada Karena COVID-19 Belum Reda. Tersedia di: https://www.kompas.com/tren/read/2020/04/17/064000065/ diakses pada: 23 Mei 2020.
Pane, M.C. 2020. Virus Corona (COVID-19). Alodokter. Tersedia di: https://www.alodokter.com/virus-corona diakses pada: 23 Mei 2020.
Susilo, A. et al. (2020) ‘Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur Terkini Coronavirus Disease 2019: Review of Current Literatures’, Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 7(1), pp. 45-67. Available from: jurnalpenyakitdalam.ui.ac.id/jpdi/article/view.




No comments:

Post a Comment