TUGAS POSTER:
NOTAGIMO
“Non-contact Digital Thermometer”
Latar
belakang:
Beberapa bulan kebelakang,
dunia dihebohkan dengan mewabahnya penyakit pneumonia misterius yang bermula dari Wuhan, Provinsi Hubei, China. Wabah ini disebabkan oleh coronavirus jenis baru yang oleh para ahli diberi nama SARS CoV-2 (Severe
Acute Respiratory Syndrome
Coronavirus-2) atau yang saat ini lebih dikenal dengan nama COVID-19 (Susilo et
al., 2020). Penyebaran
virus ini sangat cepat ke seluruh dunia hingga tercatat lebih dari 190 negara sudah terinfeksi COVID-19, termasuk Indonesia.
Kurangnya kesadaran serta tidak tanggapnya masyarakat
terhadap virus ini menyebabkan penyebaran yang sangat cepat dan berakibat pada tingkat kematian yang cukup tinggi.
Tentu saja penyebaran COVID-19 telah menyebabkan dampak buruk bagi masyarakat baik itu dalam aspek
kesehatan, sosial, dan ekonomi. Dikarenakan COVID-19 merupakan penyakit baru, maka pengetahuan terkait pencegahannya masih terbatas. Salah satu gejala klinis dari infeksi COVID-19 yaitu demam dengan suhu >38ºC (Burhan E, et al., 2020). Oleh karena itu, pemeriksaan suhu tubuh menjadi salah satu metode yang digunakan untuk thermal screening sebagai upaya preventif pencegahan virus COVID-19. Pemeriksaan suhu tubuh tanpa kontak langsung dengan kulit akan
mencegah virus menyebar ke orang lain melalui termometer yang digunakan.
Berdasarkan
latar belakang
tersebut, maka penulis ingin merancang sebuah alat termometer digital non-contact. Alat ini memberikan keuntungan yaitu mampu mendeteksi suhu tubuh objek dengan cepat dan
tanpa perlu kontak fisik dengan objek, sehingga risiko penularan
COVID-19 tidak terjadi.
Permasalahan publik:
Peneliti Inggris menyatakan jumlah kasus Covid-19 yang tidak terdeteksi di Indonesia sebenarnya bisa mencapai
puluhan ribu hingga ratusan ribu kasus. Hal ini diungkap peneliti Pusat
Pemodelan Matematika Penyakit Menular (CMMID) London, Inggris dimana mereka mengembangkan
pemodelan matematika untuk memprediksi secara kasar kemungkinan jumlah kasus
penyebaran COVID-19 di suatu negara berdasarkan jumlah kematian. Menurut
pemodelan tersebut, satu kematian yang dikonfirmasi di Indonesia, sebenarnya
bisa digunakan untuk menghitung beban kasus yang sebenarnya. Pekan lalu,
Indonesia baru melaksanakan 1.727 tes. Jika dibandingkan dengan total penduduk,
baru satu orang di tes dari 156 ribu orang. Dengan demikian, diperkirakan masih
banyak penderita COVID-19 yang belum teridentifikasi.
Tujuan:
Untuk mendeteksi suhu tubuh tanpa perlu kontak fisik dengan objek sehingga meminimalisir
terjadinya penularan virus dari termometer ke orang lain.
Manfaat:
Dengan adanya alat ini maka screening awal terhadap COVID-19 bisa dilakukan oleh masyarakat sehingga masyarakat menjadi lebih peduli
dengan kesehatan diri sendiri dan orang sekitar, serta mampu terbuka dengan
pemerintah seperti petugas medis mengenai kondisi tubuh sehingga pemerintah dapat
menekan penyebaran dan memutus rantai penyebaran baru COVID-19.
Ruang lingkup:
Ruang lingkup alat ini masih terbatas untuk subjek yang berada di Pulau Bali.
Teknologi yang
digunakan:
Adapun teknologi yang digunakan dalam rancangan alat ini
adalah sebagai berikut:
- Arduino nano : berfungsi sebagai pengendali sensor
- LCD 2x16 + i2C lcd : berfungsi untuk menampilkan data suhu tubuh
- Sensor suhu Gy-906 : sensor untuk mendeteksi suhu
- Kabel Jumper : sebagai penghubung antar board
- Breadboard
Ilustrasi cara kerja rancangan:
- Merangkai semua komponen menjadi satu.
- Letakkan sensor suhu di depan dahi objek. Tunggu sekitar menit untuk melihat hasilnya.
- Alat akan bekerja mendeteksi suhu objek dengan kontrol oleh arduino nano
- Jika sudah satu menit, hasil pengukuran akan ditampilkan di LCD dan apabila suhu melebihi 38ºC maka akan terlihat tulisan lain di LCD yaitu “Demam, indikasi corona”
TUGAS VIDEO:
Tim Penyusun:
DCUI
(Detect COVID-19 Using Infrared:
Penanganan
COVID-19 Berbasis Teknologi Inframerah)
Latar
belakang:
Beberapa bulan kebelakang, dunia dihebohkan dengan mewabahnya penyakit pneumonia misterius yang bermula dari Wuhan, Provinsi Hubei, China. Wabah ini disebabkan oleh coronavirus jenis baru yang oleh para ahli diberi nama SARS CoV-2 (Severe
Acute Respiratory Syndrome
Coronavirus-2) atau yang saat ini lebih dikenal dengan nama COVID-19 (Susilo et
al., 2020). Penyebaran
virus ini sangat cepat ke seluruh dunia hingga tercatat lebih dari 190 negara sudah terinfeksi COVID-19, termasuk Indonesia. Kurangnya
kesadaran serta tidak tanggapnya masyarakat
terhadap virus ini menyebabkan penyebaran yang sangat cepat dan berakibat pada tingkat kematian yang cukup tinggi.
Tentu saja penyebaran COVID-19 telah menyebabkan dampak buruk bagi masyarakat baik itu dalam aspek
kesehatan, sosial, dan ekonomi. Dikarenakan COVID-19 merupakan penyakit baru, maka pengetahuan terkait pencegahannya masih terbatas. Pemberian edukasi dan informasi mengenai COVID-19 kepada masyarakat dapat menjadi pilihan pencegahan
sejak dini untuk memutus rantai penularan, sehingga tingkat pengetahuan masyarakat menjadi bertambah sehingga penularan virus ini dapat diminimalkan.
Permasalahan publik:
Peneliti Inggris menyatakan jumlah kasus Covid-19 yang tidak terdeteksi di Indonesia sebenarnya bisa
mencapai puluhan ribu hingga ratusan ribu kasus. Hal ini diungkap peneliti
Pusat Pemodelan Matematika Penyakit Menular (CMMID) London, Inggris dimana mereka
mengembangkan pemodelan matematika untuk memprediksi secara kasar kemungkinan
jumlah kasus penyebaran COVID-19 di suatu negara berdasarkan jumlah kematian.
Menurut pemodelan tersebut, satu kematian yang dikonfirmasi di Indonesia,
sebenarnya bisa digunakan untuk menghitung beban kasus yang sebenarnya. Pekan
lalu, Indonesia baru melaksanakan 1.727 tes. Jika dibandingkan dengan total
penduduk, baru satu orang di tes dari 156 ribu orang. Dengan demikian,
diperkirakan masih banyak penderita COVID-19 yang belum teridentifikasi.
Tujuan:
Untuk
mengetahui masyarakat dengan gejala yang
mengarah pada COVID-19 atau
hanya demam biasa atau flu.
Manfaat:
Informasi dan
edukasi mengenai COVID-19 yang diberikan dapat digunakan oleh masyarakat sehingga masyarakat
lebih peduli dengan kesehatan diri sendiri dan orang sekitar, serta mampu
terbuka dengan pemerintah seperti petugas medis mengenai kondisi tubuh sehingga
pemerintah dapat menekan penyebaran dan memutus rantai penyebaran baru COVID-19.
Ruang lingkup:
Batasan
subjek hanya dilakukan di Pulau Bali, terutama Kota Denpasar dan Kabupaten
Badung.
Teknologi yang digunakan:
Pembuatan
website dilakukan dengan menggunakan bahasa
pemrograman Phyton. Selain itu, seperti yang telah diajarkan pada mata kuliah Digitas Society, maka gagasan ini didasarkan pada materi Coding dan Pemrograman, Internet of Thing (IoT) yaitu
algoritma artificial intelligence, budaya digital, dan digital communication.
Ilustrasi
cara kerja rancangan:
Pertama, melakukan
penyuluhan mengenai gejala-gejala indikasi covid-19, antara lain: nafas pendek,
demam, batuk kering, mata merah, dan mudah lelah. Kedua, menghimbau masyarakat
apabila mengalami gejala tersebut secepatnya untuk mengakses website DCUI
(Detect COVID-19 Using Infrared: Penanganan COVID-19 Berbasis Teknologi
Inframerah) kemudian mengisi data sendiri singkat dan gejala yang dialami. Setelah
mengisi data diri dan kuisioner kesehatan, pasien diminta untuk mengakses
tombol kamera pada website untuk melakukan screen
individual berbasis sensor inframerah yang bertujuan untuk mengukur suhu
tubuh, dimana suhu tubuh tinggi adalah gejala awal COVID-19. Apabila hasil yang didapat setelah
mengisi data gelaja adalah positif maka petugas medis akan langsung ke lokasi
pasien dengan estimasi waktu 10-20 menit, sedangkan apabila hasil yang didapat
yaitu negatif maka akan diberikan anjuran untuk menbeli obat ke apotik
terdekat, dimana obat tersebut telah ditentukan oleh website (agar pasien tidak
salah membeli), obat tersebut dapat diambil oleh pasien atau keluarga pasien,
namun karena saat ini adanya peraturan physical distancing dan stay at home,
maka pasien dapat memesan obat melalui fitur grab-send atau go-send pada fitur
website (biaya antar ditanggung oleh pasien).Tim Penyusun:
- Anak Agung Devina Asana Putri (1808531003)
- Annisa Agustin Mahardika (1808541022)
- Putu Isthu Canistya Chandra (1708561041)
- Komang Sri Diah Nirmala Dewi (1810531010)
- Putu Andra Prilyani (1805521069)
- Ni Desak Komang Ayu Hartani (1808511043)
- Ni Luh Ayu Kristi Pramesti (1807511073)
- Ni Kadek Lia Cahyani Pramesti (1908541013)
- Jessica Christy Natalia Kote (1908551081)
- I Komang Alit Widyantara (1902511013)
- Johanes Nicolas Hutapea (1905531125)
- Dwi Fitriyanti (1910521074)
- Cokorda Istri Cahya Hindrani (1705551107)
Daftar pustaka
Burhan E., et al.
2020. Pneumonia COVID-19 Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
CNN Indonesia. 2020. Peneliti Inggris : Ratusan Ribu Kasus Corona RI Tidak Terdeteksi. Tersedia di: https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20200327085233-199-487386/peneliti-inggris-ratusan-ribu-kasus-corona-ri-tak-terdeteksi diakses pada: 23 Mei
2020.
Kompas. 10
Gejala Kunci
Terinfeksi Virus Corona, Tetap Waspada Karena COVID-19 Belum Reda. Tersedia di: https://www.kompas.com/tren/read/2020/04/17/064000065/ diakses pada: 23 Mei 2020.
Pane, M.C. 2020. Virus Corona (COVID-19). Alodokter. Tersedia di: https://www.alodokter.com/virus-corona diakses pada: 23 Mei 2020.
Susilo, A. et al. (2020) ‘Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur Terkini Coronavirus Disease 2019: Review of Current Literatures’, Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 7(1), pp. 45-67. Available from: jurnalpenyakitdalam.ui.ac.id/jpdi/article/view.
No comments:
Post a Comment